(Part 10) Santriwati Pondok AZ-ZAHRA
Pondok pesantren Az Zahra, kehidupan para santriwati berjalan dengan disiplin dan penuh kegiatan keagamaan. Salah satu santriwati yang terkenal dengan kecantikannya dan keanggunannya adalah Sarah. Sarah dikenal memiliki rambut panjang bergelombang yang indah seperti sutra hingga mencapai pahanyanya, Umurnya 17 tahun, kelas 2 MA Putri.
Dulu aku sering mendengar cerita tentang para santriwati yang kutuan sehingga setiap bulan selalu saja ada yang memotong rambut mereka karena kurang terurus, bahkan ada juga yang sampai botak.
Sekarang, aku sudah kelas 2 SMA, di umurku yang ke 17 tahun ini, aku mendapatkan satu pengalaman yang tidak kulupakan bersama dengan Sarah, seorang santriwati saat ia dan teman teman lainnya sedang kunjungan sekolah ke sekolah SMA ku.
pertama kali aku melihat Sarah, Aku biasa biasa saja, kenapa? pertama, aku belum punya ketertarikan dengan perempuan, kedua, Aku tidak melihat adanya cepolan rambut yang biasanya perempuan punya, tapi aku tidak mencap ia memiliki rambut yang pendek begitu saja, mungkin aku salah menilainya sama seperti aku melihat Bu Eti pertama kali, Dan, benar saja, penilaianku salah.
![]() |
gelungan rambut Sarah |
semua diawali ketika aku melewati WC perempuan, aku bukan orang yang mesum, saat itu aku kebetulan lewat saja, namun saat itu pintu WC nya tidak tertutup rapat, terbuka setengah dan ketika kutengok tanpa sengaja, Ada Sarah didalamnya sedang menyisir rambutnya, aku terpana dan melihat kebawah kemudian aku tahu rambutnya panjang hingga mencapai pahanya, namun ketika ia menengok ke belakang, aku langsung berlari tanpa suara kesamping WC, bisa gawat kalau ketahuan, kemudian aku mendengar Suara pintu yang ditutup, awalnya aku mau memotret rambutnya itu, tapi ya sudahlah, itu tidak akan terjadi lagi.
Aku mengetahui kalau para santriwati yang datang kesekolahku ini akan tetap disini selama seminggu, tujuannya agar mereka tidak kaget jika bertemu dengan laki laki lain diluar sekolah nanti, Aku berpikir mungkin akan ada kesempatan buatku suatu hari.
Satu hari, para santriwati diundang untuk ikut serta dalam kegiatan Sains yang diadakan oleh sekolahku. Setiap siswa laki-laki berpasangan dengan seorang santriwati. Aku beruntung, atau mungkin takdir yang mengatur, bahwa aku dipasangkan dengan Sarah.
Dalam kegiatan ini, masing masing harus meneliti postur dan kesehatan tubuh pada pasangannya secara bergiliran, dan harus memilih tempat yang mereka inginkan dan tak boleh ada dua kelompok pada satu tempat yang sama.
"Gimana nih? mau cari tempatnya dimana?" tanya Sarah dengan suara agak kecil dan kepala tertunduk "Diluar sekolah bisa gak ya, udah gak ada tempat lagi soalnya" kataku "bentar deh, aku ke Bu Aisyah dulu buat minta izin" kataku sambil pergi ke tempat Bu Aisyah, setelah bernegosiasi selama beberapa menit akhirnya aku kembali pada Sarah "Oke, boleh katanya, sekarang kita ambil barang yang udah disiapin dari ruang guru" kataku pada Sarah, Sarah hanya mengangguk dan mengikutiku untuk mengambil barang barang
Aku tidak menduga, barang barang yang semua dapatkan adalah Satu kursi, satu sisir, satu gunting, tiga kain panjang tebal, satu pulpen dan kertas, dan sarung tangan kain dan karet "Bu, maksudnya neliti tubuh pasangan kita tuh gimana?" tanyaku yang masih tidak paham "Jadi gini maksudnya" jawab seorang guru "Kamu sama Sarah ya? nah misalnya kamu dulu nih, nah kamu perhatiin tubuhnya sarah, tinggi, kesehatan dan lain lain, kalau kamu mau sentuh tubuh Sarah, kamu harus pake kain atau sarung tangan, nah sok cari tempatnya" jelasnya "Oke pak" jawabku.
kemudian aku dan Sarah sepakat untuk melakukannya di rumah kecil yang tidak berpintu dan tidak berpenghuni, disana aku menaruh kursi di sebuah kamar seluas 5 x 5 meter dan Sarah menaruh barang lainnya di meja kayu lapuk dipojok kamar "Mau siapa duluan nih?" tanyaku, karena Sarah tidak menjawab sama sekali, aku mengalah "... Ok deh kalau kamu gak mau duluan" kataku segera duduk dikursi, belum sempat pantatku duduk dikursi, tiba tiba Sarah menahanku dengan tangannya "Aku aja dulu kalau kamu keberatan" katanya dengan suara kecil, nah, inilah yang kuinginkan "hmm ok deh" kataku sambil berdiri kembali.
Sarah kemudian duduk dikursi, kemudian aku memakai sarung tanganku dan mulai mengecek, pengecekan kumulai dari kulitnya, aku menyentuh kulit tangannya, halus dan lembut, meski warnanya sawo matang karena kepanasan "Tinggi kamu berapa?" tanyaku "167 cm" jawabnya, aku menulis datanya dan akhirnya aku melihat tes yang belum kutulis, tentang rambut, aku tersenyum lebar sambil menutupi wajahku dengan kertas agar tidak terlihat oleh Sarah, kemudian aku mengambil kain dan membentangkannya "bentar doang, jangan berontak ya?" kataku padanya, Sarah yang kebingungan hanya mengangguk, kemudian aku menutup matanya dengan tali kain itu, Sarah terlihat kaget, namun ia diam saja.
Kemudian aku mengambil selembar lagi dan mengikat badannya bersama tangannya, kemudian selembar lagi untuk kakinya, Sarah mulai curiga padaku "Mau apa?" tanyanya khawatir "Jangan panik dong, aku gak bakal ngelecehin kamu kok" jawabku "Aku tau kamu gak akan ngelecehin aku, tapi ini semua buat apa?" tanyanya, kemudian aku kebelakang sarah dan menyikapkan sebagian hijabnya "Buat tes rambut panjangmu yang wangi ini" kataku sambil menyingkapkan hijabnya.
Sarah langgsung menjerit "Ah! jangan Andi! Jangan! ini aurat, katanya kamu gak akan lakuin hal yang aneh aneh!" sambil mengeleng gelengkan kepalanya dengan cepat agar hijabnya turun kembali "maaf, tapi disini tertulis kesehatan rambut juga" kataku sambil memegang ikat rambutnya, kemudian aku menariknya sambil berjalan mundur pelan pelan sampai kepalanya tertarik kebelakang.
"Ah!... Aw!.. Aaaaaw!.... Aaahhhh! jangan! lepasiiiiiiiin!!" jeritnya kesakitan hingga kunciran rambutnya terlepas dan rambutnya tergerai.
"Maaf Sar, Aku gak tahan liat rambut kamu yang panjaaang banget" kataku "kan bisa tanya ke aku buat nanyain rambutku kayak gimana?!" katanya marah "Udah gak izin, narik narik lagi, sakit tau!" lanjutnya, aku hanya menghela nafas "Iya iya, maafin aku sebenernya aku suka banget sama rambut panjang perempuan, kalau liat, rasanya aku pengen megang" kataku "terus, kenapa kamu bisa tau rambut aku panjang?" tanyanya "Emmmh.... gini, sebenernyaaa....." kemudian aku bercerita tentang kejadian saat aku melihatnya dikamar mandi sambil melepas kain yang menutupi matanya "hmm, gitu ya" katanya sambil sedikit mendesah "Kamu gak nutup pintunya pas itu, jadinya keliatan" kataku "Itu sebenernya aku udah nutup pintunya, tapi gak ada kunci atau ganjelan buat nutup pintunya" katanya cepat "Yaudah kamu boleh tes rambut aku, cepet ya?" katanya
Aku merasa senang "ok, makasih Sar" jawabku, kemudian aku melepas seluruh hijabnya dan menaruhnya di meja lapuk itu, kemudian aku mengukur rambutnya, panjangnya sepaha, karena tidak tau panjangnya berapa cm, aku hanya menulis sepaha, kemudian aku menulis lagi bergelombang, dan aku memegangnya, rambut tebalnya sangat lembut dan wangi, kemudian aku mengambil sisir dan menyisir rambutnya, meski bergelombang, ternyata rambutnya tidak nyangkut saat disisir, aku menuliskan semuanya di lembar tes.
TES KESEHATAN RAMBUT:
PANJANG: Sepaha Cm
TIPIS TEBAL
TIPE: Bergelombang
KUSUT HALUS
Selesai aku menulis laporannya, aku melepas kain kain yang mengikatnya "Ok sar, udah beres nih" kataku, ketika selesai melepas kain yang mengikat kaki, Sarah langsung berdiri cepat dan ketika aku berdiri, tiba tiba Sarah langsung mengayunkan tangannya untuk menamparku, karena tamparannya kurang cepat, maka aku bisa langsung refleks menghindar mundur, Aku melihat Sarah yang matanya berkaca kaca, dan hendak menangis "Sar, aku bener bener minta maaf buat kejadian tadi, kita lanjut aja ya? tes aku" kataku dengan nada menyesal "Nggak, Aku bakal langsung nulis semuanya aja, gak usah aku pegang pegang kamu kayak kamu megang aku tadi" katanya sambil kembali memakai hijabnya "Sar, aku bener be..." belum habis kalimatku, sarah memotong "Iya iya, aku maafin kamu, tapi ada syaratnya" katanya "Apa syaratnya?" tanyaku "syaratnya, kamu harus keramasin rambut aku yang kotor gara gara kena lantai dan dipegang sama kamu" katanya, eh? serius nih? kalau keramasin mana mungkin aku gak senang, itu bukan beban buatku, kataku dalam hati.
"ok deh, tapi keramasinnya dimana?" tanyaku "Di rumah kamu" jawabnya "Lah? kok dirumah aku?" tanyaku keberatan "Gak mau? kalau gitu aku laporin aja ke kepala sekolah sama ustadzah, sok pilih mana?" tanyanya dengan nada mengancam, terpaksa aku turuti kemuannya "Iya deh, ini juga salahku, oke, mau kapan?" tanyaku "habis pulang sekolah, awas kalau kabur" katanya sambil mengusap matanya yang tidak jadi menangis kemudian pergi dari rumah ini.
sebelum pulang aku menyerahkan lembaran kertas hasil tes kami berdua pada Bu Aisyah, kemudian aku pergi ke gerbang sekolah dan bertemu dengan Sarah disana "Kirain udah pulang duluan" katanya "Kamu emang dibolehin keluar?" tanyaku "Ooh, masalah perizinan aku udah urus, aku bilang ortuku mau jemput aku buat nginep semalam dirumah" katanya.
kami langsung menuju ke kamar mandi. "Kamu serius mau aku keramasin sekarang?" tanyaku lagi untuk memastikan. Sarah hanya mengangguk sambil membuka hijabnya. Rambut panjangnya tergerai indah, hingga mencapai pahanya. Aku kagum melihatnya.
"Ok, ayo kita mulai," kataku sambil menyiapkan shamppo. Sarah duduk di kursi plastik yang biasa kugunakan untuk mengkeramasi Bu Cucu, membiarkan rambutnya kugerai ke belakang.
Aku mulai membasahi rambutnya dengan gayung, memastikan air tidak terlalu dingin atau panas. "Maaf soal tadi, soalnya kamu punya rambut yang bagus banget, Sarah," kataku mencoba mencairkan suasana. Dia hanya diam, dengan mata terpejam dan lebih tenang.
Ketika aku menuangkan sampo ke tanganku dan mulai menggosokkan ke rambutnya, aku berusaha untuk tetap lembut. Aku tahu dia tidak senang dengan apa yang terjadi sebelumnya, dan ini adalah kesempatan untuk menunjukkan bahwa aku benar-benar minta maaf.
"Gimana rasanya? nggak keras kan?" tanyaku sambil terus memijat kulit kepalanya dengan lembut. Sarah menggeleng, "Enggak,.....Tapi pijatin kepala aku juga dong, rasanya enak banget" jawabnya malu malu dengan suara kecil.
Aku mengangguk, Aku ahli dalam hal memijat, aku juga berniat melakukannya setelah memberikan shamppo pada rambutnya, aku kemudian memijatnya dan Sarah kelihatan menikmati momen ini dengan memejamkan matanya dan bersuara pelan, kemudian aku membilas semua sampo, aku mengambil handuk dan menutupi rambutnya, memeras air yang tersisa.
"Selesai, Sarah. Maaf kalau sebelumnya aku bikin kamu marah," kataku, Sarah membungkus rambutnya dan menjawab "Iya, gak apa apa, aku maafin karena udah mau nanggapin bercandaanku" jawabnya sambil tertawa "candaan?" tanyaku heran "Iya, sebenernya aku udah maafin kamu pas kamu minta maaf dengan penyesalan, tapi kamu juga mau keramasin aku juga, gak nyangka, kerena kamu mau, yaudah aku juga jadi mau" katanya sambil tersenyum puas "Yaa... kerena aku juga suka rambut panjang, mainin rambutnya aja udah puas, apalagi keramasin" kataku "Sekarang, mau gak aku potong rambut kamu?" tanyaku sambil tersenyum "Eh? nggaak! jangan ah!" jawabnya sambil memegang rambutnya yang terbungkus handuk.
"Nggak kok nggak, aku cuma bercanda aja" kataku sambil tertawa, sarah hanya cemberut "Ah, ngomong ngomong, katanya santriwati itu rambutnya pada pendek pendek karena kutuan dan kurang kerawat, kok kamu bisa panjang banget, kerawat pula?" tanyaku heran.
Sarah menghela nafas dan menjawabku "Iya, memang banyak santriwati yang rambutnya pendek karena kurang kerawat, tapi dipesantrenku semua santriwati disana dikasih vitamin rambut dan ada perawatan rambut massal yang dilakukan seminggu sekali oleh para ustadzah disana, kenapa ada yang begitu? karena dalam agama, memanjangkan rambut bagi perempuan itu sunnah, dan sebagai mahkota juga tanda sebagai seorang wanita" jelasnya lembut, aku tidak percaya dengan apa yang kudengar tadi, apa katanya? perawatan rambut massal? gak pernah denger tuh, kataku dalam hati "kenapa? gak percaya? ada banyak loh yang begitu cuma gak pernah kedenger keluar aja" katanya sambil tersenyum dan membuka handuk yang tadi membungkus rambutnya kemudian mengibas ngibaskan rambutnya.
"Makasih buat hari ini, Andi" katanya "meski tadi awalnya aku kira kamu orang mesum, tapi diluar dugaan kamu baik juga" lanjutnya sambil mengenakan hijabnya lagi "hm, ya... sama sama" kataku, kemudian, ia keluar dari rumahku dan pergi ke sekolahku kembali dengan ojol yang kupesan untuknya.
Tiga hari kemudian, para santriwati itu pulang, Sebelum pulang Sarah datang kerumahku untuk memberikan hadiah, rambutnya! dan bonus yaitu aku diperbolehkan olehnya untuk memotong rambutnya menjadi sepinggang, dan potongannya itu untukku.
kapan lanjut lagi
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete