(Part 11) Penyapu jalanan yang sangat ikhlas

 Ada seorang ibu penyapu jalanan yang bernama Bu Ratna, ia dikenal karena kebaikannya dan kecantikannya meski sudah berumur 46 tahun, namun wajahnya mirip wanita umur 28 tahunan, aku tertarik padanya karena rambutnya panjang hingga pinggang, Sejak kejadian dengan Sarah si santriwati, Aku jadi tidak ragu lagi untuk menyentuh atau memegang rambut wanita secara langsung, dan yang pertama kali menjadi "korban" ku adalah Bu Ratna.

Saat itu aku membuat perencanaan, agar aku bisa memainkan rambut wanita, aku akan mencari di internet atau mencari langsung, kemudian aku akan berbasa basi dengan mereka dulu dan langsung menawarkan keinginan ku pada mereka dan membayar mereka.

gelungan Bu Ratna (ilustrasi)


Untuk masalah uang, aku belum bercerita bahwa aku membuka jasa pijat keliling kecil kecilan tanpa sepengetahuan ayahku, namun penghasilannya cukup besar, perbulan aku mendapatkan rata rata RP 925.000, cukup besar untukku, namun itu juga dipotong oleh keperluanku membeli krim dan alat pijat.

Saat aku memerhatikan rambut Bu Ratna untuk survei rambutnya, aku akhirnya mendapatkan data bahwa Rambutnya tebal namun bercabang dan kurang terawat, sering digerai dan tinggal di gubuk kecil yang terbuat dari bambu, akhirnya aku bersiap mengeksekusi rambutnya.

Sore itu, saat Bu Ratna sedang menyapu di jalan dekat rumahku, aku mendekatinya dengan hati-hati. "Assalamualaikum, Bu Ratna," sapaku dengan senyum ramah "Waalaikumsalam" jawabnya sambil berhenti sejenak dari pekerjaannya. "Ada Apa ya dek?"

"Sebenarnya, aku mau bicara sedikit sama Ibu. apa ada waktu sebentar?" tanyaku. Bu Ratna mengangguk dan menyandarkan sapunya di pohon.

"Oke, jadi ada apa?" tanyanya dengan nada penasaran.

"Aku pengen nawarin sesuatu," kataku sambil memilih kata-kata yang tepat. "Aku punya hobi, lebih tepatnya ketertarikan atau fetish lah, dengan rambut panjang. Aku suka ngerawat dan memainkan rambut panjang perempuan. aku bakal ngebayar Ibu buat permintaan aku dan waktunya. Gimana menurut Ibu? mau gak?" tanyaku dengan penuh harap

Bu Ratna tampak terkejut, tapi kemudian tersenyum lembut. "Itu aneh, tapi kalau kamu bisa jelasin lebih lanjut dan memang berniat baik, Ibu gak keberatan."

Aku merasa lega mendengar jawabannya. "Makasih, Bu. nah, aku bakal keramasin dan mainin rambut Ibu. aku bakal bayar Ibu Rp 200.000 untuk tiap waktu kalau aku butuh"

Bu Ratna mengangguk lagi, kali ini dengan lebih mantap. "Mmmm, oke deh. Ibu setuju. Kapan mulainya?" tanyanya

"Kita bisa mulai sekarang kalau Ibu gak keberatan," jawabku cepat.

Kami kemudian pergi ke rumahku, dalam ruangan yang tidak terpakai dalam rumahku, aku menyiapkan semua peralatan yang kubutuhkan di sebuah meja, mulai dari kursi, matras, sisir, gunting, dan shamppo. Aku merasa sedikit gugup karena pertama kali, tapi juga bersemangat, setelah kupersilahkan, Bu Ratna duduk di kursi yang telah kusiapkan di ruangan itu.

"Sekarang, Ibu rileks saja ya," kataku sambil membuka gelungan rambutnya. Rambutnya yang panjang dan tebal terasa agak kasar di tanganku. mungkin kurang terawat, Aku kemudian mengambil sisir dan mulai menyisir rambutnya, namun sisirnya tersangkut dirambutnya sehingga ia menjerit kesakitan"Sakit, Bu? apa terlalu keras?" tanyaku.

"Iya, Rambut ibu soalnya kusut banget, ibu gak pernah ke salon buat ngerawatnya karena gak punya duit" jawab Bu Ratna dengan suara lembut, Aku memutuskan untuk mengkeramasi rambutnya dengan segenap vitamin dan shamppo untuk rambut wanita yang kupunyai untuk keramas rambut Bu Dira atau Putri.

"Bu, kalau gitu, aku bakal ngerawat rambut ibu dengan keramas, gimana? mau gak?" tanyaku "duh, Ibu gak enak" katanya dengan nada sedikit menolak sambil menggelengkan kepala "Gak apa apa, kan aku juga suka ngerawat rambut panjang perempuan, gak usah bayar kok" kataku lembut

Akhirnya Bu Ratna setuju dan mengikutiku kekamarku dan masuk kamar mandi, Bu Ratna duduk kembali di kursi plastik yang kubawa juga ke kamar mandi "Udah siap bu?" tanyaku "Siap" katanya sambil menggerai rambutnya kebelakang dan menengadahkan kepalanya keatas "tutup matanya Bu" kataku sebelum mengguyur kepalanya dengan air, Bu Ratna pun menutup matanya dan aku membasahi kepalanya, kemudian aku mengambil shamppo dan menuangkannya ke kepala Bu Ratna, kemudian aku menggosok kepalanya dengan lembut.

"Enak gak Bu?" tanyaku "Ini enak banget, Makasih ya dek" jawabnya sambil menikmati pijatan kepalanya yang kulakukan, setelah membersihkan shamppo dikepalanya, aku mengambil kondisioner dan vitamin rambut untuknya kemudian memakaikannya.

"Selesai, Bu. sekarang Rambut Ibu bersih dan wangi," kataku sambil tersenyum puas "Makasih, dek. Kamu pandai ngerawat rambut," kata Bu Ratna sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Sama sama, ngomong ngomong kita belum kenalan ya Bu?" tanyaku pada Bu Ratna "'Andi" kataku pada Bu Ratna sambil salim padanya "Ini uangnya, kayak yang sudah aku janjiin," kataku sambil menyerahkan uang Rp 200.000 kepadanya.

Bu Ratna menolak uang itu sambil tersenyum tersenyum. "Makasih, Andi. tadi ibu emang setuju buat dapet uang dari kamu, tapi karena rambut ibu jadi lembut dan sehat, jadi gak usah, dan kalau kamu butuh model lagi lain kali, Ibu siap membantu."

Aku merasa senang karena Bu Ratna menyukai perawatanku. Pengalaman ini memberiku kepercayaan diri untuk melanjutkan hal ini lebih banyak. Bu Ratna adalah orang pertama yang awalnya jadi korban, menjadi yang kubantu, dan aku berharap bisa membantu lebih banyak orang lagi sambil menikmati hobi ini yang tidak banyak orang punya.

Comments

  1. lanjut ceritanya jadi enggak sabar mau baca yang rambutny selutut teru di potong jadi seleher

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

(Part1) RAMBUT PANJANG BUNDA: PEMICU HAIRFETISH DALAM DIRIKU

(Part 3) Pengalaman Hairplay dan memotong Rambut panjang guru Bahasa indonesia

(Part 10) Santriwati Pondok AZ-ZAHRA