(Part 5) Pengalaman Hairplay Rambut panjang teman sma
Aku semakin terkenal dengan keahlianku memijat kepala untuk relaksasi, meskipun begitu, aku tidak berminat membuka jasa pijat, karena aku sendiri merasa aku kurang mahir, Karena aku hanya bisa memijat kepala saja dan tidak bisa memijat bagian lainnya.
Bersamaan dengan itu, rasa Hairfetishku semakin meningkat, Karena bu Aisyah dan bu Dira selalu menjadi pelanggan utamaku, dengan bayaran hairplay, tentu saja jika aku dibayar dengan itu aku tidak keberatan, Selain itupun aku memang suka membantu, Namun aku tidak akan mengatakan gratis pada teman teman atau guruku, karena aku juga ingin duit, Yah, jika dibayar aku terima, jika tidak juga tidak masalah.
"Makasih ya andi, udah mijatin kepala ibu" kata bu Aisyah kepadaku "iya bu, sama sama" jawabku sambil menggelung kembali rambut Bu Aisyah setelah puas meng-Hairplay nya, Kemudian Bu Aisyah pun memakai Hijabnya lagi Sambil bertanya "kamu gk kemana mana andi? minggu depan kan libur panjang loh" tanyanya "mungkin nggak bu, Aku bakal ada dirumah aja, Sekalian kalau Ibu mau pijat lagi, Ibu bisa panggil aku aja, Bayarannya kan cuma mainin rambut ibu toh, Dan ibu gk usah keluar duit juga" kataku sambil tertawa "ah, bisa aja kamu andi, Yaudah, ibu pulang duluan ya?" katanya "iya bu hati hati" jawabku, Bu Aisyah hanya melambaikan tangannya, Kemudian aku juga bersiap pulang, Setelah memasukkan sisir ke dalam tas, aku pun berangkat pulang dari sekolah.
Esoknya, hari-hari Andi berjalan seperti biasa. Setiap pagi, dia pergi ke sekolah, belajar, dan di sela-sela waktu, dia sering mendapat permintaan untuk memijat kepala dari teman-teman atau gurunya. Andi tidak pernah menolak, karena selain menyukai hairplay, dia juga senang membantu orang lain merasa lebih rileks.
Suatu hari, setelah selesai memijat kepala Bu Dira, Andi sedang duduk di bangku taman sekolah sambil menunggu bel masuk. Tiba-tiba, seorang teman sekelasnya, Putri, mendekat.
"Andi, aku dengar kamu jago memijat kepala ya?" tanya Putri dengan wajah penasaran.
Aku tersenyum, "Ya, bisa dibilang begitu. Memang kenapa, Put?"
Putri tampak ragu sejenak sebelum akhirnya berkata, "Sebenarnya, akhir-akhir ini aku sering pusing. Boleh nggak kamu coba mijat kepalaku?"
Aku melihat ke arah kepala Putri, dia Berhijab dan sama seperti bu Aisyah dan bu Dira, iya memiliki jendolan cepol rambut, hanya saja tidak begitu besar, mungkin rambutnya hanya diikat saja, pikirku, namun ketika melihat Putri yang kelihatan benar benar sakit kepala, aku menghapus pikiran itu cepat cepat
"Boleh deh, Putri. duduk sini," jawabku sambil menunjukkan tempat di sebelahnya
Putri duduk, dan Aku mulai memijat kepalanya dengan lembut. "Kalau kamu sakit kepala kayak gini, mending kamu izin balik aja" saranku, namun Putri berkata sambil menggeleng "yah aku mau coba dipijitin sama kamu dulu" Putri tampak lebih rileks, Namun saat Putri mengeleng gelengkan kepalanya, aku tanpa sengaja melihat Rambut yang panjang dan hitam berkilau terayun kesana kemari, aku berhenti memijat kepalanya dan terkesima melihatnya, Menyadari aku yang berhenti memijat kepalanya, Putri menegurku "Hei, kamu ngapain sih? kok malah diem?" katanya, kemudian aku tersadar "Ah! maaf maaf" jawabku sambil terkekeh, Kenapa di sekolah ini banyak yang berambut panjang sih? tanyaku dalam hati, Sambil memijat kepalanya tangan kiriku membuka sedikit hijab sekolahnya dan memegang ujung rambutnya, Sangat halus dan lembut, lima menit kemudian, aku selesai memijatnya
"Makasih, Andi. Kamu hebat juga," ucap Putri dengan senyum puas.
Aku hanya tersenyum kecil, "Sama-sama, Put."
Saat pulang aku termenung "Kira kira panjang rambutnya putri seberapa ya?" tanyaku pada diriku sendiri "Sepunggung? sepinggang? atau sepantat kayak bu Dira?" tanyaku lagi, Tanpa kusadari, Tiba tiba ada yang menepukku "Lagi ngomong apa? Kok komat kamit sendiri?" Ternyata bu Dira yang menepukku "Ah, bu Dira" responku, kemudian aku menyalaminya "Lagi ngomong apa tadi?" tanyanya "emh, gak apa apa kok, gak lagi ngomongin apa apa" jawabku berbohong "Tadi kamu ngomongin putri kan? kamu suka sama dia atau.. kamu penasaran sama panjang rambutnya?" tanyanya "lah? kok ibu bisa tau kalau aku penasaran sama panjang rambutnya?" tanyaku "kan tadi kamu bicara sendiri dan ibu dengar kamu nyebut nyebut nama putri" jawabnya "eh haha, iya bu, aku penasaran" jawabku malu malu "Ya gak usah bohong, lagian ibu juga gk bakal cemburu kalau kamu main sama rambut panjang selain rambut ibu yang kau potong jadi sepinggang" katanya
"eh, ibu juga tau aku mainin rambut lain selain rambut ibu?" tanyaku heran "ya tau lah, Bu aisyah yang cerita kok" jawabnya "Eh, mau mainin rambut ibu lagi gk? ibu juga pengen dipijitin sama kamu, shamponya dari ibu aja, mau gk?" ajaknya "wah boleh deh bu" jawabku kemudian kami pergi kerumah Bu Dira.
dari bu Dira, aku tahu bahwa Rambut putri itu panjangnya sampai punggung,dia tidak suka dibuat cepol karena suka merasa aneh dan membuatnya pusing "Nah, akhirnya, info dari Bu Dira berguna juga" kataku, Namun itu tidak akan mudah karena Putri Mudah marah dan tersinggung, meski begitu kemudian aku menetapkan, dialah target hairplay selanjutnya.
![]() |
(ilustrasi) panjang rambut putri ketika lulus sma |
Hari-hari berikutnya, Aku terus memikirkan cara untuk mendekati Putri dan menawarinya pijatan kepala. Kesempatan itu datang lebih cepat dari yang Aku bayangkan. Suatu hari di sekolah, Putri tampak sedang duduk sendirian di bangku taman sekolah, memijat pelipisnya dengan wajah yang tampak lelah.
Andi mendekat dengan hati-hati, "Putri, kamu kelihatan capek banget. Kenapa?"
Putri menoleh dan tersenyum lemah, "Oh Andi. Iya, aku lagi pusing banget nih."
Andi melihat ini sebagai kesempatan emas. "Kalau kamu mau, mau aku pijat kepalamu kayak Waktu itu?"
Putri tampak ragu sejenak, namun akhirnya mengangguk, "Boleh deh, Andi. Aku butuh banget rileks sekarang." Katanya sambil sedikit terengah engah
Andi duduk di sebelah Putri dan mulai memijat kepalanya dengan lembut. Putri menutup matanya dan Berkata "Andi, maaf, Boleh kamu pijitin kepala aku sambil aku senderan di kamu?" tanyanya, aku terkejut, pasti dia sangat pusing "Put, pijatan aku bukan pijatan yang bisa menyehatkan, kalau kamu sakit udah pulang aja" jawabku, namun Putri langgsung duduk membelakangiku dan menyenderkan badannya sambil berkata "Kamu gak usah atur atur aku, udah pijitin kepalaku aja! gak usah sambil ngurusin aku!" katanya, judes. "yaudah" jawabku
perlahan-lahan Putri merasa lebih rileks. Setelah beberapa lama, Aku mulai memberanikan diri memegang rambut panjangnya dibalik hijabnya, menarik narik lembut rambut panjang Putri, merasakan kelembutan setiap helainya Tanpa kusadari, tanganku menyentuh tengkuk Putri.
Putri yang awalnya rileks kemudian terbangun dari sandaran badanku karena kaget bukan main
"Kamu ngapain andi?! kamu masukin tangan kamu kedalam hijab aku ya?!" Jerit Putri, untungnya tak ada yang melihat kami karena taman sekolah kosong
Aku kemudian mencari ide agar bisa terlepas dari kesalahanku "A, Anu... maaf putri, aku gak sengaja, awalnya aku mau mijit kepala bagian bawah, tapi karena kamu senderan terus sama aku, aku gk bisa mijatin kepala kamu" jawab ku panik panik
Putri kemudian menengok kesana kemari, melihat apakah ada orang disekitar apa tidak, kemudian tiba tiba dia membuka hijab bagian belakangnya "Oh, gitu ya, Maaf ya Andi. Yaudah sok gak apa apa, lanjutin aja nih" katanya, kemudian ia menunduk, Aku terpana, sulit memercayai, melihat Ponytailnya yang begitu lurus dan halus "Put, mm boleh gk aku buka kunciran rambutnya?" tanyaku
Putri sambil mengangguk kecil berkata "sok aja, aku gk ngelarang, lakuin apa aja" katanya
Dengan hati-hati, aku membuka kunciran rambut Putri, kepala putri sedikit terangkat ketika aku menarik ikat rambutnya, Rambut panjangnya yang lurus dan halus terurai indah, tergerai seperti air hitam yang berkilauan di bawah sinar matahari. Aku terpesona oleh keindahannya, hampir lupa untuk melanjutkan pijatanku.
Aku mulai dengan memijat pelan-pelan bagian yang dekat dengan tengkuknya, merasakan ketegangan yang perlahan-lahan memudar. Putri tampak mulai rileks lagi, dan aku bisa merasakan kepercayaannya padaku tumbuh.
"Aku benar-benar minta maaf yang tadi, Putri," kataku dengan suara pelan. "Aku harusnya izin dulu tadi"
Putri mejawab sambil tersenyum kecil. "Nggak apa-apa, Andi. Aku tahu kamu nggak sengaja."
Aku melanjutkan pijatan, kali ini lebih fokus dan hati-hati. Jari-jari ku bergerak perlahan di sepanjang kulit kepala Putri, mencoba memberikan pijatan yang paling menenangkan yang bisa kuberikan. Sesekali, aku menyisir rambutnya dengan jari-jari ku, menikmati setiap helai yang lembut dan halus.
Setelah beberapa waktu, Putri berbicara lagi, "Andi, kamu tahu nggak? Aku sebenarnya suka Rambut aku dimainin, tapi jarang ada yang mau melakukannya."
"Aku senang bisa memainkan rambut kamu, Putri. Kamu tahu, aku suka memainkan rambut panjang perempuan," jawabku dengan tulus.
Putri tersenyum, "Aku bisa merasakannya, lain kali kalau mau main sama rambut aku bilang aja, aku gk akan marah, Terima kasih banyak, Andi."
Setelah Putri selesai bicara, aku menjadi sangat bahagia, 5 menit kemudian, Putri mengikat kembali rambutnya dan mengenakan hijabnya. "Andi, aku harap kamu nggak merasa aneh ya. Aku percaya sama kamu."
Aku mengangguk, merasa lega. "makasih, Put."
Hari-hari berikutnya, hubungan ku dengan Putri semakin erat. Kami sering bertemu di taman sekolah untuk sesi pijatan kepala. Aku Juga bercerita bahwa aku juga memainkan rambut bu Aisyah dan Bu Dira, dan ia terkejut mendengar hal itu. Dalam setiap kesempatan, aku juga berusaha mempelajari teknik teknik baru untuk keterampilan pijatanku, agar bisa memberikan yang terbaik untuk teman-teman dan guru-guru ku.
Comments
Post a Comment