(Part 8) Seberapa panjang Rambut Bu Eti?
Saat aku naik kelas 11 SMA, Ada satu pembersih sekolah baru, Namanya Bu Eti, umur 40 tahun, Aku pertama kali melihatnya saat aku sedang ada di toilet sebelum pulang sekolah.
Aku awalnya tidak peduli dengannya, apalagi dengan rambutnya, karena mungkin rambutnya hanya dibuat Ponytail, jadi mungkin tidak begitu panjang. tapi itu semua berubah karena suatu kejadian.
Suatu saat, Bu Eti sedang santai di bangku taman sekolah saat semuanya sudah pulang, Tetapi aku masih disekolah karena aku sedang memijat kepala Bu Dira di ruang Guru SMP, letak taman sekolah bersebelahan dengan kantor guru, Ketika aku selesai memijat kepala bu Dira, aku keluar dan melihat Bu Eti yang bersantai, Mungkin sedang istirahat, batinku dalam hati, namun, terjadi sesuatu yang tidak diduga duga, Bu Eti melirik kesana kemari untuk meliahat apakah ada orang lain disekitarnya, Kemudian ia membuka bagian belakang hijabnya dan menampakan Ponytail-nya, aku terkejut melihat itu, spontan aku mendekatinya dan bersembunyi dibalik pohon yang berjarak sekitar 9 meter dari Bu Eti duduk, Kemudian Bu Eti melepas ikat rambutnya Kemudian memasangnya lagi, Mungkin ia hanya ingin membenarkan ikatan rambutnya, Kemudian ia menutup Hijabnya kembali.
![]() |
kira kira sepanjang ini rambutnya |
Aku tidak percaya apa yang baru saja kulihat tadi, ternyata rambutnya panjang, kukira rambutnya pendek, Hebat juga bisa menyamarkannya hingga terlihat pendek "Ah, lebih baik aku pulang saja sekarang, aku kan bisa main rambut Bu Cucu" kataku pelan, kemudian aku pergi dari sana menuju ke gerbang sekolah.
Sampai dirumah Aku langgsung ganti baju dan keatas, aku melihat Bu Cucu sedang menyetrika "Eh Andi, udah pulang" sapanya sambil tersenyum, aku pun tersenyum kemudian aku pun langgsung menghampiri Bu cucu dan mencabut Tusuk kondenya "Duh, kenapa gak istirahat aja dulu Andi?" tanyanya lembut sambil mengikuti Rambut panjangnya yang kutarik hingga ke kamar mandi "Ini istirahat buatku" jawabku, Kemudian kami masuk kamar mandi, Aku mengambil kursi plastik dikamarnya dan menaruhnya di kamar mandi, kemudian seperti biasa Bu Cucu duduk disana dan menengadahkan kepalanya keatas sambil memejamkan matanya, Aku sering melakukannya untuk mencuci rambutnya "Udah siap bu?" tanyaku "Sok aja, Udah siap kok" jawabnya sambil tersenyum, Kemudian aku membasahi rambutnya dan memberikan shamppo, dan mengkeramasinya.
Selesai mencuci rambut Bu Cucu, aku kembali ke kamar sedangkan Bu Cucu membungkus rambutnya dengan handuk dan melanjutkan kembali pekerjaan menyetrikanya. Di kamar, aku termenung sendiri, Aku masih penasaran dengan rambut Bu Eti yang kulihat tadi di taman, Terlihat berkilau sekali ketika beliau mengikat rambutnya kembali, tapi aku tak bisa memperkirakan dengan pasti panjang rambutnya, yang pasti itu panjang "Ah, kenapa banyak sekali yang berambut panjang disekitarku?" Kataku mengeluh dalam hati, memang bagus rasanya, mungkin aku beruntung dikelilingi oleh perempuan berambut panjang yang berbaik hati memperbolehkanku menyentuh rambut mereka, tapi kalau kebanyakan calonnya rasanya tidak baik.
Saat sedang termenung dikamar, tiba tiba Hp ku berdering, ada yang menelpon, Aku langsung mengambil Hp ku dan melihat layarnya, Dari Putri. aku langsung mengangkatnya "halo? kenapa put?" tanyaku langsung "Di, Boleh Aku kerumah kamu? kamu senggang kan?" tanyanya "Eh? iya aku senggang sekarang, kenapa kamu mau kesini Put?" tanyaku lagi "Aku pengen dipijitin kamu lagi dong, Boleh gak? hehehe" katanya, Aku pun menghembuskan nafasku "Yah, boleh aja, sok aja kalau kamu mau kesini" jawabku, daripada cuma ngehalu tentang Bu Eti, lebih baik aku memijatnya saja "Tapi kok kamu kayak yang keberatan sih? Nanti aku bayar deh, gimana?" tanyanya "boleh deh boleh, aku gk keberatan kok, bayarannya apa? uang?" tanyaku sambil merebahkan diri di kasur "Dua duanya aja kalau kamu mau" jawabnya, berarti ia akan membayarku dengan uang dan hairplay juga "gak mungkin aku nolak itu, boleh dong" jawabku "yaudah, aku kesana sekarang ya" katanya sambil menutup telepon.
Lima belas menit kemudian, Putri datang. tanpa basa basi kemudian ia masuk ke kamarku dan duduk dikursi yang telah aku sediakan, kemudian ia melepas hijabnya dan ikat rambutnya. aku mengambil sisir dan menudukan kepalanya dulu, kemudian aku menyisir rambutnya kedepan karena aku mau memijat tengkuknya terlebih dahulu, kemudian sambil aku memijat tengkuknya, kami mengobrol banyak hal, termasuk sesuatu yang informasi kubutuhkan namun tidak kuminta, Tentang rambut panjangnya Bu Eti "Eh tau Bu Eti gak Andi?" tanyanya "Iya aku tau" jawabku "Rambutnya panjang lho, kamu mau mainin rambutnya juga gk?" tanyanya.
"wah, segimana panjangnya?" tanyaku "panjangnya kira kira sepantat kalau gk salah tuh" jawabnya "jangan jangan kamu ngaceng ya? Andi?" tanyanya sambil terkekeh didepan cermin kecil yang ada di meja, aku menggeleng cepat "nggak kok" jawabku cepat, aslinya memang iya "aaah, jangan bohong kamu Di, Aku tau kok" katanya menggodaku sambil melihat kebelakang dan mengarah kecelana biru pendek yang kugunakan "Diam" kataku cepat sambil mengarahkan kepalanya kembali kedepan "jangan liat sesuatu yang gak boleh sembarangan kau lihat" kataku dengan muka masam "iya deh iya, mesum juga ya kau" katanya sambil tertawa, aku langgsung mencengkram tengkuknya dengan keras "Aw, aw, sakit andi, lepasiiin!" katanya marah "aku bercanda doang kok" lanjutnya, aku hanya tersenyum kecil dengan wajah dingin, sebal.
Esoknya ketika waktu istirahat disekolah, aku melihat Bu Eti di samping perpustakaan, aku mengintipnya dari rak buku, melihatnya yang sedang menyapu lantai, aku melihat pantatnya, tidak ada rambut yang nongol dari hijabnya karena hijabnya panjang "Uh, gak bisa lihat pula" gerutuku, tanpa sengaja aku menjatuhkan buku buku dari raknya, Bruk! Bu Eti kaget dan melihat kebelakang, aku yang tidak siap akan hal ini langsung pura pura sendang mencari buku.
"Ah, maaf Bu Eti, aku gk sengaja ngejatuhin buku" kataku pura pura sedang mengembalikan bukunya kembali "oh iya, gak apa apa kok" katanya, kemudian Bu Eti menghampiriku dan membantu mengambil buku buku yang jatuh, kemudian aku menengok Bu Eti yang sedang mengambil buku dari bawah dengan posisi rukuk, tiba tiba rambutnya keluar dari hijabnya dan jatuh menjuntai, Aku terkagum kagum melihatnya, Tapi Bu Eti menyadari rambutnya keluar dan segera berdiri lagi dengan cepat "Kamu tadi lihat rambut Ibu ya?" tanyanya "I, iya Bu, maaf gak sengaja tadi keliatan" kataku sambil mengubah raut wajah dari kagum jadi penyesalan karena takut ia marah kalau aku seperti mengagumi rambutnya "iya, gak apa apa kok" katanya "kenapa gak dibuat cepol aja bu?" tanyaku "Daripada keluar begitu, kan bisa repot" lanjutku "Gak bisa, Ibu gk biasa dibuat cepol, suka aneh dikepala dan bikin pusing juga, kalau ibu potong rambut ibu juga gk mau, ini rambut yang dulu orangtua ibu sukai sambil mewasiatkan buat ibu panjangin rambut ibu sampai lantai" katanya sambil tertawa.
"Ooh gitu bu" kataku sambil mangut mangut, kemudian aku minta maaf lagi agar ia terbebas dari rasa berdosa telah menampakan rambutnya, kemudian keluar dari perpustakaan, diluar aku berpikir gimana caranya supaya aku bisa menyentuh rambutnya "Ah, iya juga, kenapa aku gak minta tolong aja sama Bu Aisyah?" tanyaku sendiri, namun aku terpikir kembali, Bu Aisyah bisa jadi tidak akan membantu karena ia benar benar menjaga rambut perempuan lain agar tidak keliatan, prinsipnya sangat teguh kerena ia lulusan pesantren, akhirnya aku mencoba untuk ke bu Dira dulu
"Bu, aku boleh minta tolong gak?" tanyaku "minta tolong apa andi?" jawabnya "mmmh, gini bu, aku penasaran sama rambutnya Bu Eti, bisa gak bantu aku buat megang rambutnya?" tanyaku malu malu "wah wah, semua perempuan yang berambut panjang disini mau kamu liat semua?" katanya sambil tertawa "yah... aku udah lama penasaran, aku minta tolong ke Ibu juga karena bisa jadi Bu Aisyah gak mau bantu aku" kataku, Bu Dira tau apa maksudku tentang Bu Aisyah itu "kalau ibu gk mau bantu juga gak apa apa" kataku "Eh, siapa bilang gak mau bantu kamu? ibu bisa kok nolongin kamu buat liat rambutnya Bu Eti, tapii... ada syaratnya" katanya "eh? syarat? apa syaratnya bu?" tanyaku, kemudian Bu Dira mengambil sesuatu dari tas gendongnya, ternyata ia mengeluarkan shampoo dari tasnya dan menunjukannya padaku "Mau kan? Ibu baru beli nih, hehehe" katanya "Oooh, boleh lah bu" kataku antusias, kemudian kami pergi ke rumah Bu Dira dan aku memijatnya juga mencuci rambutnya.
Sesuai perjanjian, akhirnya Bu Dira membantuku, Ia mengobrol dengan Bu Eti dan mengatakan bahwa aku punya keahlian memijat yang baik, bisa merelaksasikan kepala, untuk kesekian kalinya, keahlian pijatku membantuku lagi.
"Ah, Andi, Boleh Ngomong dulu sebentar?" kata Bu Eti "Iya boleh bu" kataku, ternyata kesempatan itu datang lebih cepat, kemudian aku mengikuti Bu Eti ke taman sekolah dan duduk di bangku taman "Gini, kata Dira kamu jago mijit kepal ya?" tanyanya, aku pun menganguk "apa Andi bersedia buat mijat kepala Ibu dirumah ibu?" tanyanya lagi "insya allah aku siap bu" kataku menyanggupi "kapan siapnya?" tanyanya lagi "Hari ini pun aku siap bu" kataku yakin "yaudah nanti habis pulang kerumah ibu ya? nanti tunggu ibu didepan gerbang sekolah" katanya, aku pun mengangguk, kemudian Bu Eti berterima kasih padaku dan pergi dari taman, ditaman aku bersorak sendiri, akhirnya aku bisa mendapatkannya.
Sore hari, ketika pulang aku langsung menunggu Bu Eti di gerbang sekolah, satu jam kemudian Bu Eti datang "maaf ibu telat, Ibu harus bersih bersih dulu" katanya "gak apa apa bu" kataku, kakiku tidak pegal berdiri karena semangat sekali "yaudah ayo ke rumah ibu, gak jauh kok, ada dibelakang sekolah ini kesananya lagi" katanya sambil tersenyum
kemudian kami sampai ke rumah Bu Eti, disana. ia langsung membuka kunci pintu rumahnya, kemudian ia mempersilahkanku masuk duluan, Bu Eti ternyata tinggal disana sendirian, hanya ada dua ekor kucing putih dan kuning miliknya yang selalu menjaga rumahnya "nah andi, sekali lagi maaf ya kalau menggangu waktunya" katanya "eh, gak apa apa kok, aku emang gak ada kegiatan lain dirumah" jawabku, aku juga sudah izin pada Bu Cucu kalau aku akan pulang telat "yaudah sini, masuk ke kamar ibu duluan aja ya? ibu mau bawain air dulu" katanya sambil pergi ke dapur.
Tiga menit kemudian Bu Cucu datang dengan dua gelas air putih, kemudian duduk di lantai bersamaku "sok minum aja dulu, atau mau langsung mulai?" tanyanya "langsung mulai aja bu" kataku, kemudian Bu Eti membalikan badannya dan melepas hijabnya dan aku langsung memegang kepalanya untuk memijitinya, namun tangan kiriku memegang rambut panjangnya sambil diam diam mengarahkannya pada mukaku dan mencium aroma rambutnya yang sangat wangi "Bu, boleh aku lepas ikat rambutnya?" tanyaku sambil memijat atas kepalanya "ya, boleh" katanya, kemudian aku menariknya hati hati, lalu aku melilitkan rambutnya ditanganku "Andi, kamu ngapain sama rambut ibu?" tanyanya, aku terkejut dengan pertanyaannya, aku ketahuan? tanyaku dalam hati "engg... gak ngapa ngapain kok bu, aku kan lagi mijitin kepala ibu" kataku, namun aku sadar, ketika aku melilitkan rambutnya ketanganku, aku tidak lagi mimijitnya "jangan bohong, kamu gak mijit kepala ibu, justru kamu malah megang megang rambut ibu, tadikan ibu ngizinin kamu buat lepasin ikat rambut ibu juga, kenapa malah megang megang rambut ibu?" desaknya sambil membalikan badannya kepadaku
Yah, sudah terlanjur dan ketahuan juga, apa boleh buat. kemudian aku meminta maaf telah lancang memegang rambutnya, kemudian aku menjelaskan bahwa aku adalah seorang hairfetish yang sangat tertarik dengan rambut panjang, Ibu Eti mengangguk mendengar penjelasanku "ooh, jadi kamu suka sama perempuan yang rambutnya panjang, dan gak masalah mau pake jilba atau nggak asal rambutnya panjang gitu?" tanyanya, kemudian aku mengangguk "kalau mau megang rambut ibu, minimal izin dulu, tadi ibu kan gak tau kalau Andi suka sama rambut ibu kalau tadi izin dulu bakal ibu izinin kok" katanya sambil tersenyum "iya bu, maaf ya yang tadi, tapi sekarang boleh gak kalau.." belum sempat aku melanjutkan kata kataku, Ibu Eti sudah membalikan badannya sambil berkata "Mau mainin Rambut ibu lagi? sok boleh" katanya "wah, makasih bu" jawabku senang "iya sama sama, tapi setelahnya pijitin kepala ibu ya" katanya "beres bu" kataku.
kemudian aku memainkannya, menyisirnya, dan menciumi rambutnya "kamu sesuka itu sama rambut?" tanyanya sambil tertawa "iya bu, hehe" jawabku sambil terus menyisirnya "tapi dulu ibu memang pernah denger kalau ada yang namanya hairfetish, tapi ibu gak nyangka yang mainin rambut ibu sekarang orang hairfetish" katanya sambil tertawa, aku juga ikut tertawa "tapi ada satu yang ibu ngerasa aneh sama kelakuan mereka sama rambut panjang, selain suka mainin rambut, mereka juga suka, emmm.... apa ya? ada job gitu di akhir akhirnya" katanya.
Aku kemudian berhenti menyisir rambutnya dan memotong "Hairjob kali bu?" tanyaku "Nah iya, itu namanya, hairjob, yang masukin kelamin ke rambut kan?" tanyanya "iya bu" kataku sambil memengangguk "Wah tahu banyak juga andi, jangan jangan pernah ngelakuin ya?" tanyanya, aku menggeleng cepat "Ah, belum pernah kok bu" jawabku, aku belum pernah sama sekali melakukan itu, tapi dipikir pikir menarik juga "kalau aku ngelakuin itu ke Ibu boleh gak? tanyaku sambil tersenyum "Ya jangan dong, nanti rambut ibu kotor sama sperma kamu, terus bau lagi" jawabnya cepat "kan nanti tinggal aku cuci aja bu, Bu Dira juga suka rambutnya dicuci sama aku, tapi bukan karena habis di hairjob ya" kataku "nggak ah, Ibu pokoknya gak mau, titik" katanya tegas "aku becanda doan kok bu, hahaha" kataku sambil tertawa, aku memang bercanda saja "iih kamu ya, kirain ibu kamu serius" katanya sambil tersenyum.
kemudian aku lanjut memainkan rambutnya beberapa lama kemudian memijat kepalanya. sejak saat itu, hubungan kami jadi lebih dekat, Bu Eti suka memintaku datang ke rumah kadang kadang untuk memijat kepalanya, namun cukup jarang. tapi disisi lain aku juga perpikir tentang hairjob, kayanya enak juga, tapi emang ada ya yang mau? banyak sih yang mau, tapi bayar dan itu juga mahal banget "kayaknya emang susah nyari yang begitu, yaudahlah, gimana nanti atau gak usah aja sekalian" kataku, kemudian aku merencanakan sedikit agar aku bisa hairjob, kebetulan aku punya banyak seperti Bu Dira, Putri, Hasna, Dan Bu Cucu juga Bu Aisyah...
bersambung
Comments
Post a Comment