(Part 18) Apa yang dilakukan faiz? (2)

 "Braash!" Faiz membuang satu set Seragam SMA Fauzia yang terkena banyak sperma ke sungai.

Faiz baru saja kembali setelah mengantarkan semua korbannya ke tempat masing - masing, ia berusaha membuang semua yang bisa saja menjadi bukti, Faiz mengelap sperma yang ada di rok si ibu dan memotong bagian yang terkena sperma, ia juga mengelap kepala Sinta dan membuka Pakaian seragam Fauzia dan hanya menyisakan pakaian dalamnya saja, karena seragamnya sudah basah oleh spermanya.

"Sekarang sudah selesai" kata Faiz sambil membakar potongan baju dan barang bukti lainnya lalu mengubur abunya, kemudian ia juga merubuhkan Gudang yang sebenarnya sudah bobrok itu karena terbuat dari kayu, lalu pergi dari situ secepatnya.

Kali ini, ia Memutuskan pergi ke garut, ia berencana akan tidur di mobilnya saja malam ini.

Pagi pagi ia bangun, dan segera menyalakan mesin mobil, menaikan kaca mobil yang dipakainya sebagai ventilasi saat tidur malam itu, dan menyalakan AC, kemudian ia bersenandung ria sambil tancap gas ke kota garut.

                                                                              *****

Kenapa Faiz pergi ke garut?

Pertama, karena ia tahu bahwa garut penuh dengan para wanita yang berambut panjang, bahkan banyak anak kecil pun rambutnya sudah mencapai pantatnya (Ini Fakta yang dialami penulis karena mondok di garut). Kedua, karena ia sudah menjadi buronan di bandung, sehingga ia memutuskan untuk pergi ke garut dan melanjutkan aksinya.

kali ini, sasarannya lebih Ekstrim, kali ini, ia akan menculik Santriwati dan juga siapa pun yang berambut panjang, tak peduli meski ia mendapatkan anak kecil lagi atau nenek nekek, yang penting baginya, adalah rambut panjangnya.

                                                                               *****

Hasil perburuannya di garut


Tak sampai dua jam, faiz sudah sampai ke garut.

Hari Selasa begini, cukup sepi, pikir Faiz sambil melihat pemandangan Sawah dari mobilnya yang melaju, ia memutuskan untuk memulainya dari perumahan yang didalamnya ada sebuah pesantren yang mulai terkenal karena modern, ia langsung mencarinya di Maps dan melesat kesana.

Sampai di perumahan itu pada jam 16:00.

Faiz kemudian turun dari mobilnya, dan melihat lihat, jam segini banyak anak anak sedang bermain atau jajan, Faiz kemudian mendatangi pesantren yang letaknya 500 meter dari gerbang komplek, cukup besar, ia terus mencari sasarannya dibalik kacamata hitamnya, 10 menit ia berkeliling di komplek itu, hingga akhirnya ia menemukan apa yang ia cari.

Seorang Santriwati yang sedang duduk di ayunan taman komplek itu terlihat menggoda, Konde dibalik hijabnya begitu besar dan disampingnya juga ada Santriwati lain yang Konde dibalik hijabnya tak kalah besarnya.

Faiz kemudian menghampiri mereka dari belakang "Hai, Assalamualaikum" Sapa Faiz, 2 santriwati itu terkejut dan menoleh "Waalaikumsalam" jawab mereka kompak "Ada apa kang?" tanya salah satu santriwati yang berhijab putih "Begini" kata Faiz "aku mau minta tolong sama teteh teteh boleh?" tanya Faiz ramah "Minta tolong apa?" tanya Sanriwati yang berhijab biru dan agak gemuk.

"Saya mau bawa karung beras, tapi agak berat kalau sendiri, jadi saya mau minta tolong kalian buat bantuin bawa, boleh kan?" tanya Faiz, mereka berpikir dulu sejenak, kemudian mengangguk setuju.

Faiz tersenyum lebar saat kedua santriwati itu setuju. "Terima kasih, Teh. Mobil saya parkirnya nggak jauh kok, cuma di ujung sana." Faiz menunjuk arah mobilnya yang terparkir di bawah pohon rindang, cukup tersembunyi dari pandangan jalan utama.

Kedua santriwati itu mengikuti Faiz tanpa curiga. Mereka berjalan menyusuri jalanan kompleks yang sepi, hanya terdengar suara angin sore yang berhembus pelan. Kedua santriwati itu, yang belum mengetahui niat jahat Faiz, hanya merasa bahwa mereka sedang melakukan kebaikan membantu orang yang tampak kesulitan.

Namun, begitu mereka mendekati mobil, perasaan ragu mulai muncul di benak salah satu santriwati, yang mengenakan hijab putih. Dia memperhatikan mobil Faiz yang terlihat terlalu gelap dengan kaca-kaca hitam pekatnya. Tapi, sebelum dia sempat mempertanyakan, Faiz sudah membuka pintu belakang mobil dan dengan cepat menyiapkan "karung beras" yang dimaksud.

"Ayo, Teh. Angkat bagian depannya, saya angkat dari belakang," kata Faiz dengan suara tegas namun terdengar terburu-buru. Kedua santriwati itu tanpa ragu menuruti permintaan Faiz. Namun, saat mereka membungkuk untuk mengangkat karung yang terlihat berat, Faiz bertindak cepat.

Dengan gerakan terlatih, Faiz meraih handuk kecil berisi kloroform dari saku jaketnya. Dalam hitungan detik, dia membekap mulut kedua santriwati itu sekaligus. Mereka mencoba meronta, tetapi aroma kloroform yang kuat segera memenuhi hidung mereka. Pandangan keduanya mulai kabur, kaki mereka terasa lemas, dan tak lama kemudian, tubuh mereka terjatuh lemas di sisi mobil.

Faiz menatap sekeliling, memastikan tak ada yang melihat. Dengan cekatan, dia mengangkat kedua santriwati yang tak sadarkan diri itu dan memasukkan mereka ke dalam mobil. Ia menutup pintu belakang dengan hati-hati, memastikan bahwa semuanya tertutup rapat. Lalu, Faiz masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin, dan dengan cepat melaju meninggalkan area perumahan itu.

Mobil Faiz melesat melalui jalanan yang mulai gelap, melewati sawah-sawah yang sepi dan sunyi. Di dalam mobil, kedua santriwati masih tergeletak tak berdaya. Faiz melirik mereka melalui kaca spion, melihat rambut panjang yang terbungkus di balik hijab besar mereka. Dia tahu, ini baru awal dari aksinya di Garut.

Mobil itu terus melaju, hingga akhirnya sampai di sebuah rumah tua yang berada jauh dari keramaian. Rumah itu terlihat tak terawat, dengan cat yang sudah mengelupas dan jendela yang tertutup tirai tebal. Faiz memarkir mobilnya dan menatap sekeliling dengan puas. Ini adalah tempat yang sempurna untuk melanjutkan obsesinya tanpa gangguan.

Faiz turun dari mobil, membuka pintu belakang, dan dengan satu per satu, dia mengangkat kedua santriwati itu masuk ke dalam rumah. Di dalam, sudah ada ruangan yang disiapkan khusus dengan kursi dan tali-tali pengikat yang akan membatasi gerak mereka saat terbangun nanti.

Setelah mengikat mereka, Faiz kemudian melanjutkan mencari Korban lagi, kali ini ia melihat ada Perempuan yang sedang mendorong gerobak bakso, dan Faiz langgsung melihat Hijabnya, ternyata Hijabnya tidak tertutup sempurnya, sehingga rambutnya terlihat jelas.

Faiz kemudian memanggilnya, berpura pura ingin membeli baksonya, Si ibu itu tidak curiga, kemudian Faiz memesan baksonya, dan setelah jadi, ia berbincang bincang dengan ibu itu.

"enak baksonya" Puji Faiz "ah, biasa aja sih" kata Ibu itu "Bu, mau gak Rambut ibu yang kelihatan itu saya potong?" tanya faiz sambil menunjuk ke kepala Ibu itu, si ibu terkejut, kemudian ia buru buru menutup hijabnya "Ma, Maaf kang, jangan di potong ya, saya gak sadar" katanya panik, aku mengangguk "gak apa apa kok bu, tapi jadinya saya tergoda sama Rambut ibu nih" kata Faiz sambil berdiri dan meletakan baksonya di gerobak bakso si ibu.

Si Ibu yang bingung itu belum sempat bertindak saat Faiz membekapnya dan membuatnya pingsan, lalu Faiz memasukannya dan mengikatnya di kursi di rumah itu saat tidak ada orang lain, lalu membawa masuk gerobak baksonya juga ke dalam rumah itu.

"Nah, sekarang, mari kita cek terlebih dahulu panjang rambut mereka" kata Faiz sambil menuju ke Santriwati yang berhijab biru, kemudian ia membuka hijabnya.

(Ilustrasi)

Faiz terkejut, kali ini, ia beruntung kembali, santriwati berhijab biru itu ternyata berambut Panjang sampai pinggangnya, rambutnya juga halus dan wangi sekali, kemudian ia berlanjut membuka Santriwati berhijab putih.


(Ilustrasi)

Kali ini Faiz langsung terpekik senang, Yang berhijab kuning juga Rambutnya panjang sampai pinggangnya, Kemudian ia melanjutkan membuka Hijab si ibu pedang bakso, namun belum sempat ia menyingkapkan hijabnya, si ibu sadar.

"Ka, kamu mau apa?!" tanyanya panik, Faiz terkejut si ibu sudah bangun lebih cepat, mendengar suara ibu itu, 2 santriwati itu juga tersadar dan kaget mendapati diri mereka dalam kondisi terikat.

"Yah, sudah ketahuan ya, mau bagaimana lagi, baiklah, aku akan memberi tahu kalian semua kenapa aku menculik kalian" kata Faiz sambil merogoh sakunya, kemudian mengeluarkan gunting "Kalian tahu ini apa kan?" tanya Faiz sambil menggesekan Gunting itu ke kepala Santriwati berhijab Putih yang ketakutan dengan mata berkaca kaca.

"Ini bukan berarti aku mau membunuh kalian" kata Faiz "Tapi aku ingin mengambil apa yang ada di kepala kalian" kata Faiz, Santriwati yang berhijab biru berkata dengan suara yang bergetar karena menahan tangis "Ma, Maksudnya, Ram, Rambut?" Faiz tersenyum mendengarnya "Ya"

Semuanya langsung panik, Si santriwati berhijab kuning menangis "Nah, Siapa yang mau duluan?" Tanya Faiz, Semuanya menitikan air mata, tidak ada yang rela kehilangan mahkota mereka, hingga sebuah suara memecahkan kesunyian.

"Biar saya saja..." Kata si ibu angkat suara, 2 Santriwati itu terkejut mendengarnya "Ja, Jangan Bu, Orang ini bahaya!" kata Santriwati berhijab kuning mencegah, si ibu hanya tersenyum pada mereka "Kamu boleh ambil rambut dan kehormatan rambut saya, tapi jangan mereka!" kata si ibu berusaha tegar, faiz kemudian tersenyum jahat "Boleh juga" kata Faiz menyetujui.
Faiz kemudian membuka Hijab si ibu, Ibu itu menunduk, membiarkan Faiz membuka hijabnya dan membongkar gelungannya.

(Ilustrasi) Buka gelungan Bu pedagang bakso

Faiz tersenyum, sudah menduga bahwa rambut ibu ini panjang sejak ia melihat rambutnya yang tidak tertutup rapi oleh hijabnya, rambutnya lurus dan sedikit beruban karena usia, kemudian Faiz mengeluarkan kelaminnya dan melilitkan rambut ibu itu ke kelaminnya, si ibu yang melihat hal itu menangis karena kehormatan rambutnya hilang, Faiz kemudian mengocok kelaminnya dengan rambut si ibu, mengarahkan kelaminnya ke kepala si ibu "Bu!" santriwati itu berseru berbarengan karena terkejut "Ibu tahu, mungkin ini teguran dari allah karena ibu pake hijab tapi gak benar" katanya dengan suara bergetar "Dan,.. se. sekarang..." si ibu mulai menangis, hingga tak lama Faiz mengeluarkan spermanya.

Kemudian Faiz mengikat rambut si ibu dengan karet dan mengeluarkan guntingnya, kemudian memotong rambut si ibu yang sudah terkotori.

"Krees!....Kreees!" rambutnya yang panjang sepantat mulai terpotong, si ibu hanya bisa pasrah dan menangis rambutnya dipotong, dua santriwati itu menangis melihat hal itu, hingga akhirnya rambut si ibu terpotong berantakan.

"Nah, sekarang lepasin mereka" kata si ibu "Tunggu dulu, rambutmu belum semunya kudapatkan" kata Faiz sambil mengelap Spermanya yang ada di kepala si Ibu dengan handuk "Maksudnya, saya juga harus botak?" tanyanya, faiz mengangguk "Kalau gitu, silahkan" Jawabnya bersedia, sontak Santriwati santriwati itu berteriak "Jangan Bu! kalau lebih dari ini nanti ibu bis..." Si ibu langsung menyela "Udahlah, daripada kalian yang botak, mending ibu aja sendiri" katanya sambil tersenyum ketika Clipper menyentuh kepalanya dan mulai mencukur kepalanya dari belakang, si ibu kemudian menunduk.

'Zeeerr!...Zeeeeer!' suara clipper yang menggugurkan kepalanya terdengar keras, Santriwati yang berhijab putih mencaci Faiz "Biadab kamu yah!" katanya "Jangan, Sofie! nanti kamu juga bisa kena!" kata santriwati berhijab biru "Tapi dia keterlaluan, Areta!" Kata Sofie padanya, Faiz tidak mempedulikan mereka, ia fokus mencukur rambut si ibu yang tidak berontak sama sekali.

Hingga akhirnya, kepala si ibu botak sempurna, yang tadi panjang rambutnya sekitar 1 meter, sekarang hanya tersisa 0,5 cm lagi, Faiz menghamburkan rambut si ibu didepan si ibu, dan membagikannya ke Sofie dan Areta juga.

"Sekarang, lepasin me.. Uph" Faiz langsung membekapnya sebelum si ibu menagih janji Faiz "Maaf bu, tapi aku berbohong soal itu" kata faiz sambil melihat Si ibu yang pingsan, Sofie dan Areta pun panik "Kamu bohong?!" tanya mereka, Faiz hanya menatap datar mereka "Iyalah, masa janji sih, susah susah aku bawa kalian kesini" kata Faiz, kengerian langsung terpancar di wajah mereka.

"Jangan, kita gak mau kotor sama titit bau mu itu" Jerit Areta, faiz jadi tersinggung "Oh, kamu mau Spermaku? oooh, boleh boleh" katanya sambil meremas konde rambut Areta yang langsung menjerit.

"Berhenti! jangan!" kata Sofie, tapi Faiz langsung membuka hijab Areta dan membongkar konde rambutnya, kemudian tanpa basa basi, Faiz langsung mengocok rambut Areta ke kelaminnya, Areta langsung menangis sejadi jadinya, Sofie hanya bisa menjerit jerit meminta tolong, tapi percuma, Rumah itu ada di atas gunung Papandayan, yang sepi karena tidak ada wisatawan yang berkunjung, 'Croot!' Sperma Faiz keluar lebih banyak daripada saat ia mengocok rambut ibu tadi, Areta menjerit keras sekali.

Faiz kemudian mengeluarkan Gunting dan mulai memotong rambutnya acak acakan, Areta terus terusan menangis, menjerit dan meminta tolong, begitu juga Sofie yang tau bahwa ia juga akan segera bernasib sama seperti Areta yang sekarang rambutnya tinggal sebahu.

"nah, berhubung tadi aku berjanji pada Si ibu itu, aku tidak akan membotakimu" kata faiz sambil merapihkan dan mengikat Rambut panjang reta yang sudah terpotong "Sekarang giliranmu Sofie" kata Faiz.

Faiz kemudian membongkar hijabnya dan mengeluarkan Rambutnya yang pirang, Sofie berteriak sekeras kerasnya sampai ia jadi batuk batuk, kemdian Faiz melilitkan Rambut Sofie ke kelaminnya "nah, kita mulai hairjobnya" Kata Faiz, kemudian Faiz langsung mengocok kelaminnya yang sudah panas dan membesar, Sofie tidak tahu lagi harus bagaimana, ia cuma bisa menangis sejadi jadinya sampai 'Crooot!' faiz kembali mengeluarkan Spermanya ke kepala Sofie.

Faiz kemudian memasukan kelaminnya, kelaminnya terasa keras dan panas sekali, namun ia tetap memaksakan untuk dimasukan, kemudian ia mengikat Rambut pirang Sofie dengan karet, dan memotongnya "Krees!,... Kreees!,....Kreees!" suara itulah yang membuat Sofie terengah engah lemas tak berdaya, Areta masih menangis tanpa suara, tidak bisa melakukan apa apa untuk temannya "Maafkan aku, Sofie" kata Areta lemah sebelum jatuh pingsan.

*****
Faiz sudah dalam perjalanan pulang ke bandung, ia meninggalkan korban korbannya di sana, Faiz melihat potongan Rambut mereka yang ada di jok depan sambil tersenyum "Terima kasih, nah, aku harus menyerahkan diri pada polisi, tapi sebelum itu, aku akan memasukan Rambut mereka ke dalam kresek dan menyerahkannya ke Andi" katanya sambil tersenyum.

Dari kiri ke kanan, si Ibu, Areta(dibagi jadi 3) dan Sofie



*****
Pagi hari keesokan harinya, Saat aku hendak membuka salon, aku melihat kresek potongan rambut yang banyak, ada surat didalamnya bertuliskan 'dari Faiz, datanglah ke polsek, aku menyerahkan diri disana atas apa yang kulakukan 2 hari kemarin' Aku hanya memandang keheranan, apa yang faiz lakukan? ada apa ini? pikirku, hari itu, aku tidak membuka salon, aku embutuskan segera ke kantor polisi setelah aku menyembunyikan potongan potongan rambut itu di dalam Salon.

*****

Faiz menyerahkan diri pada polisi, dan ia mendapat ancaman pidana maksimal paling lama 5 tahun karena melakukan tindakan penculikan dan pencabulan, Aku melihat temanku masuk ke penjara dan mengucapkan salam perpisahan padaku, kami sudah berteman selama 3 tahun, dan harus berpisah disini.

Kini, Hairfetish yang kukenal hanyalah diriku sendiri, tidak ada yang lain...



Comments

Popular posts from this blog

(Part1) RAMBUT PANJANG BUNDA: PEMICU HAIRFETISH DALAM DIRIKU

(Part 3) Pengalaman Hairplay dan memotong Rambut panjang guru Bahasa indonesia

(Part 10) Santriwati Pondok AZ-ZAHRA