(Part 19) Kerelaan Bu Aisyah
"Akhirnya!" Seruku bergembira.
Akhirnya aku diterima di universitas terbaik di Indonesia, ITB!, Ah, senang sekali rasanya.
Sudah setahun Yang lalu saat Faiz menyerahkan dirinya karena telah memotong rambut 7 wanita secara paksa, dan kali ini, aku bisa berkuliah, tapi, siapa yang akan melanjutkan Salon kami? untungnya, aku sudah merekrut 3 karyawan, jadi aku bisa menyerahkan urusan ini pada mereka, yah, kuharap saja mereka amanah.
Aku mengabarkan soal ini kepada banyak kenalan dan keluargaku, mereka semua bersyukur, dan ada yang memberiku hadiah, salah satunya Bu Dira dan Bu Aisyah.
"Selamat ya Andi, nih, Ibu Punya hadiah" katanya saat aku datang kesana untuk memijat kepala Bu Dira seperti biasa, aku melihat pemberiannya berupa Baju putih, cukup bagus menurutku, aku menerimanya dengan senang hati "Makasih Bu, sebagai balasannya, aku kasih gratis pijitan hari ini deh" kataku senang, Bu Dira mengangguk setuju "Sejam ya Andi" katanya sambil membuka Hijabnya, dan menguraikan gelung rambutnya yang panjangnya kini selantai, aku mengangguk setuju.
Di Siang hari, aku pergi ke rumah Bu Aisyah untuk berterima kasih karena meluluskan aku dan menyelamatkanku dari kasus potong rambut paksa 4 anak SD waktu itu, Bu Aisyah tertawa mendengar terima kasihku.
![]() |
Gelung Bu Aisyah |
"Hahaha, ya ga apa apa Andi, asal kamu janji gak akan ulangin lagi, ibu gak akan lapor kasus itu ke polisi" katanya sambil meletakan Dua gelas air putih di ruang tamu, aku hanya diam "Oh iya, kata kamu, kamu diterima di ITB Ya?" tanyanya sambil duduk, aku menganguk "Ooh, Selamat ya" katanya, aku mengangguk lagi "Kamu diam aja, kenapa sih?" tanya Bu Aisyah penasaran "Ah, Gak apa apa kok bu" jawabku cepat "Kayaknya kamu lagi mikirin sesuatu?" tanyanya lagi, Aku kemudian menghela nafas sebelum menjawab "Ibu tau gak Faiz masuk penjara?" tanyaku langsung.
Bu aisyah kaget bukan main, beliau bahkan sampai ternganga mendengarnya, Bu Aisyah mengatupkan mulutnya dahulu sebelum merespon "Iyakah? kenapa? Bukannya Faiz anak yang baik, selama disini pun, dia gak pernah berbuat kasus sekalipun" tanyanya.
"Ibu tau kan kalau Faiz itu Hairfetish juga sama kayak aku?" tanyaku, Bu Aisyah mengangguk, dulu Faiz juga sempat meng-Hairplay Bu aisyah bersamaku "Nah, itu yang buat dia masuk penjara sekarang" lanjutku "Maksudnya gimana sih? Ibu malah makin gak ngerti, Fetish kan bukan kejahatan?" tanyanya lagi.
"Hmm... Gini Bu, Faiz masuk penjara gara gara ia nyulik 7 wanita yang rambutnya panjang di dua kota yang berbeda, 1 anak SD, 3 Gadis SMA, 1 Mahasiswa dan Dua Ibu ibu, dia motong rambut mereka secara berutal, sampai si Faiz Nge Hairjob rambut mereka sebelum dipotong, dia dipenjara selama 5 tahun dan denda sebesar 100 juta" jelasku panjang lebar, Bu Aisyah hanya mengeleng gelengkan kepalanya, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Bahaya juga kalau kayak gitu ya" kata Bu Aisyah "Kalau aku kan gak pernah bu" kataku bangga, lupa dengan apa yang pernah kulakukan pada Sheila dan teman temannya "Ngomong apa kamu, lupa sama Sheila?" tanyanya tegas cenderung marah "Ehehehe, maaf bu, aku kan cuma bercanda" kataku.
Bu Aisyah kemudian bersandar di kursinya, aku kembali terdiam sambil melihat hijabnya, kali ini, gelungan rambutnya terlihat lebih besar dibalik hijabnya, aku terus melihatnya dalam waktu yang lama karena Bu Aisyah terlihat bersedih mendengar kabar Faiz, beberapa saat kemudian, sadar bahwa aku melihatnya terus, Bu Aisyah sadar dan menegurku "Hei, liat apa Andi?" katanya sambil mengibas ngibaskan tangannya di depan mukaku, mengecek kesadaranku, Aku buru buru mengerjapkan mata.
"Ah, Iya Bu, kenapa?" tanyaku langsung, Namun Bu Aisyah tersenyum "Kamu liat apa hayoo?" selidiknya "Gak liat apa apa kok Bu, Cuma ngelamun" kataku berdusta sambil nyengir.
"Serius ngelamun aja nih?" tanyanya lagi, kemudian tersenyum melihatku "Ngelamun, atau penasaran sama.." katanya sambil menyingkapkan hijabnya, kemudian menengok ke kanan untuk memperlihatkannya padaku yang terkesima "Inii..." lanjutnya.
"Kok ibu tau sih?" tanyaku dengan nada senang kepada Bu Aisyah yang berdiri "Tau dong, kamu udah lama gak liat rambut ibu juga kan? makanya ibu langsung tau" katanya sambil membelakangiku, kemudian mengurai rambutnya yang disanggul, betapa terkejutnya aku, melihat Rambut Bu Aisyah yang dulu sepantat sekarang sudah selutut, aku memandanginya dengan rasa terkagum kagum.
Bu Aisyah berbalik perlahan, memperlihatkan seluruh panjang rambutnya yang terurai bebas. Ia tersenyum melihat reaksiku yang jelas terpana. "Bagaimana? Kaget ya?" tanyanya sambil terkekeh kecil. Aku hanya bisa mengangguk, masih terpesona dengan pemandangan yang ada di hadapanku.
"Ibu merawat rambut ini dengan baik, karena tahu kamu suka," katanya sambil duduk kembali di kursi. Ia mulai menyisir rambutnya dengan jari-jari, membiarkan helaian panjang itu terurai dengan anggun "Tapi ingat, Andi," lanjutnya dengan nada serius, "Apa yang Faiz lakukan itu salah. Kamu boleh punya fetish, tapi jangan sampai itu membahayakan orang lain atau membuat mereka merasa tidak nyaman."
Aku mengangguk cepat, merasa sedikit bersalah meskipun aku tahu bahwa Bu Aisyah hanya ingin mengingatkan, bukan menuduh. "Aku paham, Bu. Aku nggak akan melakukan hal-hal seperti itu," jawabku meyakinkan. "Aku jadi pengen punya rambut ibu" kataku pelan.
Ternyata Bu Aisyah mendengarnya "apa? kamu mau rambut Ibu?" Tanyanya kaget, aku terkejut, tidak mengira Bu Aisyah akan mendengarnya "Iya Bu, hehehe" kataku.
Bu Aisyah terdiam sejenak setelah mendengar permintaanku yang tiba-tiba. Matanya menyipit, seolah berusaha memahami apakah aku benar-benar serius atau hanya bercanda. Namun, bukannya merasa marah atau tersinggung, Bu Aisyah malah tersenyum kecil. Ia menghela napas panjang, seolah berusaha memahami keinginan anehku itu "Cuma bercanda kok Bu, hehehe" kataku melihat wajah Bu aisyah yang terlihat serius.
Namun, Bu Aisyah ternyata serius dengan permintaanku tadi “Hmm, Andi” katanya dengan nada lembut, meski ada sedikit kekhawatiran di matanya. "Rambut ini sudah menjadi bagian penting dari diri Ibu, dan Ibu sudah merawatnya bertahun-tahun. Kamu benar-benar ingin rambut Ibu?"
Aku mengangguk, kali ini dengan lebih sungguh-sungguh. "Iya, Bu. aku suka mengagumi rambut Ibu, aku hanya ingin merasakannya... memiliki sedikit bagian dari sesuatu yang selama ini aku kagumi."
Bu Aisyah tersenyum tipis “Padahal, Ibu sengaja susah susah manjangin rambut biar kamu makin sering buat mijit kepala ibu, tapi kamu malah pengen rambut ibu, Tapi, gak apa apa, Ibu rela, Ibu setuju memberikan rambut ini, tapi kamu harus janji, belajar yang baik ya" katanya sambil tersenyum, ada sedikit sorot mata kesedihan akan kehilangan rambut panjangnya.
Aku tersenyum, gembira dengan persetujuan Bu Aisyah. "Aku janji, Bu," kataku yakin. "Aku nggak akan menyia-nyiakan kesempatan ini"
Bu Aisyah mengangguk pelan "Disitu, ada gunting kain yang tajam, biar kamu gak kesusahan motong rambut ibu yang tebal, pake aja gunting itu" katanya sambil menunjuk lemari di sudut ruangan.
Aku berjalan ke arah lemari kecil di sudut ruangan, dan mengeluarkan sebuah gunting berkilau yang tampak benar benar tajam, Bu Aisyah duduk di lantai, menghela napas lagi sebelum akhirnya berkata, “Kalau gitu, silakan potong rambut Ibu" katanya sambil menutup mata.
Aku mengangguk, sedikit gugup namun juga sangat antusias. Bu Aisyah lalu mengeluarkan karet dan mengikat rambutnya yang panjang dan indah, lalu diam "Nah, silakan Andi, ini hadiah buatmu" katanya sambil tersenyum lemah, ia menengok ke arahku dengan mata berkaca kaca, Aku bisa merasakan berat dari keputusan ini untuk Bu Aisyah.
'Krees!... Krees!.... Krees!' aku mulai memotong rambutnya yang indah itu, Dada Bu Aisyah naik turun dengan isak tangis pelan, sedih rambutnya itu dipotong oleh orang yang bukan sekedar ingin melihatnya dan memainkannya saja, tapi juga ingin memilikinya, 5 menit, akhirnya rambutnya terpotong, setelah dipanjangkan selama 5 tahun lamanya.
Aku menyerahkan Rambut itu kepada Bu aisyah, pertanda bahwa aku sudah selesai memotongnya, Bu Aisyah mengambil rambutnya dengan tangan bergetar, kemudian menciuminya, seolah mengucapkan selamat tinggal pada rambutnya yang kini tinggal sebahu.
Setelah selesai mengucapkan salam perpisahan pada rambutnya, Bu Aisyah menyerahkan rambut yang sudah terpotong itu padaku, terikat rapi dalam genggamannya. “Jaga ini baik-baik, Andi. Jangan sampai hilang ya" katanya sambil tersenyum ikhas.
Aku menerima rambut itu dengan hati-hati, penuh rasa syukur. “Makasih banyak, Bu. Aku nggak akan pernah melupakan ini,” ucapku tulus, merasa bahwa rambut ini seperti harta karun.
Bu Aisyah tersenyum lembut. "Aku percaya padamu, Andi. Pajang aja rambut ibu di kamarmu" katanya sambil tertawa yang dipaksakan, aku mengangguk "Tapi Andi, tolong pijitin kepala ibu dulu ya, nanti ibu bayar" katanya sambil memegang tanganku yang memasukan Rambut Bu Aisyah ke dalam tas ku, aku mengangguk "Oke bu, hari ini gratis deh, anggap aja rambut ibu ini jadi bayarannya" kataku sambil tersenyum.
Sorenya, aku pulang ke rumah, aku langsung mengeluarkan Rambut Bu Aisyah yang panjangnya 1 meter, kemudian memasukannya ke lemari bajuku, aku tersenyum melihat koleksiku yang semakin banyak, mulai dari rambut Bu Nur, Bu Dira yang cuma sedikit sekali, Sarah, 4 anak SD itu, dan Bu Aisyah.
Aku terseyum lagi sambil menutup pintu lemariku, aku berencana mengambil rambut hasna juga, yang sekarang sudah sepantat, tapi, aku akan pikirkan itu nanti, sekarang, aku akan tidur, dan besok entah apa yang akan kulakukan, kita lihat besok saja....
![]() |
rambut Bu Aisyah (Ilustrasi) |
Comments
Post a Comment