"Andi, Ibu ingin bicara sama kamu" kata Bu Nur membuka percakapan, aku hanya mengangguk, menunggu penjelasan lebih lanjut. "Ibu tahu, mungkin ini agak aneh. Tapi Ibu memerhatiin kalau kamu punya ketertarikan khusus sama rambut panjang perempuan, bener ya?" katanya dengan suara lembut tapi tegas, Aku kaget sekali. Bagaimana Bu Nur bisa tahu hal itu? Apa aku terlalu jelas memperlihatkannya? "Ibu bisa lihat dari cara kamu memandang dan merespons. Ibu juga pernah melihat kamu sering memperhatikan rambut teman-teman perempuanmu yang ngaji bareng yang masih SD, kadang-kadang liatin hijab dengan pandangan kagum sama hijab Ibu," lanjutnya.
Yah, aku tak bisa menolak lagi, setelah Bu Eti berhasil mengetahuinya, sekarang Bu Nur yang mengetahuinya "Maaf, Bu. aku gak bermaksud gak sopan," kataku. "Memang bener begitu, tapi aku cuma... merasa tertarik pada rambut panjang. Entah kenapa, aku merasa tenang dan bahagia liat dan nyentuh rambut panjang."
Bu Nur tersenyum pengertian. "Gak apa-apa, Andi. Ibu gak marah kok. Ibu cuma nanya soal itu sama kamu, jadi itu semua bener?" tanyanya memastikan lagi
Aku mengangguk "iya bu" kataku
"Karena itu, Ibu bawa kamu kesini buat nawarin sesuatu," lanjut Bu Nur. "kamu mau gak, ngeliat dan mungkin ngerawat rambut Ibu? soalnya Ibu kasian kamu gak bisa megang rambut perempuan kerena bakal gak sopan" katanya sambil tersenyum
Aku terkejut, dan berpikir sejenak, merasa tak percaya dengan apa yang kudengar. Bu Nur menawarkan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang sangat kuinginkan, hairplay! "Aku mau, Bu. makasih banget" kataku terseyum
Bu Nur mengangguk sambil tersenyum. "Oke. mau mulai sekarang? Ibu bakal buka hijab dan gelungan rambut Ibu. Kamu boleh menyentuhnya."
Kemudian Bu Nur berdiri dan dengan hati-hati, Bu Nur mulai membuka hijabnya dan membuka cepolan rambutnya yang besar. Perlahan-lahan, rambutnya yang panjang bergelombang dan hitam terurai dengan indah hingga mencapai pahanya. Aku terpesona melihat rambutnya yang begitu indah dan terawat.
"Silakan, Andi," kata Bu Nur lembut.
Aku mendekat dan mulai menyentuh rambut Bu Nur. Rasanya lembut dan halus di tanganku. Aku merasakan setiap helai yang mengalir di antara jari-jari "Aku gak tau kalau Ibu suka Ngerawat rambut Ibu sampai Indah banget" kataku "Iya, sejak Ibu kecil Ibu udah merhatiin kesehatan rambut Ibu" katanya lembut "terakhir Ibu potong rambut kapan?" tanyaku sambil menyisir rambutnya dengan jari jariku "Mmm... kalau gak salah terakhir potong rambut pas umur Ibu 33 tahun" katanya "Oh, jadi Ibu manjangin rambut Ibu selama 6 tahun? lama banget" kataku, Bu Nur mengangguk.
"Ibu, boleh aku sisir rambutnya?" kataku meminta izin "Boleh, ambil aja, ada dikasur Ibu" katanya sambil menunjuk kasurnya lang agak lapuk di samping kanan, aku berdiri dan naik ke kasuk untuk mencarinya, namun ketika aku menemukan sisirnya, disamping sisir itu ada banyak gumpalan rambut yang berserakan, dan aku menyadari, bahwa kasur ini banyak rambut rontok "Ibu, rambut Ibu rontok?" tanyaku sambil melihat kebelakang "Iya, belakangan ini, rambut Ibu banyak yang rontok, karena susah banget rawatnya" katanya, aku kemudian turun dari kasur dan menyisir rambutnya lagi, rambutnya memang terlihat terawat, namun ketika disisir rambutnya banyak yang rontok, kadang sering tersangkut.
"Bu, rambut Ibu udah rusak kalau udah kayak gini" kataku "mending Ibu potong aja" lanjutku, Bu Nur langsung memegang rambutnya "Aduh, jangan dong Andi" katanya dengan raut wajah sedih "kenapa memangnya bu? kalau gitu terus nanti botak dong?" kataku "masalahnya, Ibu gak mau Rambut Ibu yag ibu rawat lama kebuang sia sia, Ibu juga gak bisa nyimpennya karena gak ada tempat dan takut sedih kerena rambut panjang ibu jadi potongan" jawabnya.
aku melihat satu sisi keberuntungan buatku, aku menjawabnya langsung "kalau gitu, gimana kalau aku yang simpen rambut ibu?" kataku, Ibu Nur terlihat berpikir sejenak kemudian menjawab "boleh, tapi, Ibu gak punya uang buat kesalon" katanya "kalau Ibu mau aku bisa potongin rambut ibu kok" jawabku "eh, tapi kalau berantakan gimana?" jawabnya "Gak apa apa, kan potongannya juga buat aku" jawabku
"yaudah deh, boleh" jawabnya sambil menggeraikan rambutnya kembali, kemudian tangannya meraih tas dan mengeluarkan gunting kemudian menyerahkannya padaku "mau dipotong segimana Bu?" tanyaku "sebahu aja deh" katanya dengan nada pasrah "Ibu percaya aja sama kamu" katanya "oke Bu, maaf ya" jawabku, kemudian aku menyisirnya dan mengukur ukur panjangnya agar sebahu, kemudian aku mengambil karet gelang bekas nasi goreng yang ada di sakuku dan mengikatnya "udah siap bu?" tanyaku, tapi Bu Nur malah terisak isak dan menangis, kemudian aku mengusap usap bahunya "Kalau Ibu belum siap, kita bisa lanjut lain kali kok" kataku sambil menghiburnya "gak apa apa, sok aja, kalau ditunda Ibu gak akan mau lagi" katanya sambil terisak isak, kemudian aku mensejajari gunting diatas ikatannya.
'Krees, Krees, Krees' terdengar renyah sekali suaranya saat rambutnya kupotong, Bu Nur langgsung menangis lebih keras saat tahu rambutnya telah mulai dipotong sambil terus menyuruhku terus memotongnya 'Krees, Krees, Krees' susah sekali memotongnya, hingga akhirnya 'Krees, kreees, Craak' terpotong sudah rambutnya yang panjang dan indah itu, Bu Nur menengok kebelakang dan melihat potongan rambutnya yang kupegang "nah, gimana bu?" tanyaku
Bu Nur dengan mata sembab melihat rambutnya yang telah terpotong "nah, itu silahkan kamu ambil Andi" katanya "makasih banget Bu, tapi sebelum itu aku Pengen rapihin rambut ibu dulu ya" kataku, kemudian Bu Nur membalikan badan lagi kebelakang dan aku merapihkan rambutnya.
"Makasih ya Andi, udah motongin rambut Ibu, sekarang kepala ibu jadi lebih ringan" katanya ketika sampai di depan rumahku "Iya bu, sama sama. maaf udah maksa buat potong rambut ibu" katanya "gak apa apa kok, ibu gak ngerasa kepaksa, Ibu tau kamu nyaranin demi kebaikan Ibu juga" katanya sambil tersenyum "Udah ya, Ibu mau pulang, mau mandi dulu" lanjutnya, aku mengangguk.
Setelah Ibu Nur pulang, aku merasa bahwa ini hanyalah mimpi, Tapi melihat Rambut panjang bergelombang milik Bu Nur ada ditanganku, barulah aku menyadari bahwa ini kenyataan. kemudian aku masuk kamar dan mencium rambutnya terus menerus dengan bangga kemudian ketiduran setelah menyimpan rambutnya di dalam lemariku
kapan lajut kagi?
ReplyDelete