(Part 9) Potong rambut panjang Guru Ngaji

 Heran, Aku sangat heran, kenapa disaat perempuan perempuan lain banyak yang berambut pendek, kenapa yang perempuan perempuan disekitarku malah banyak yang berambut panjang? meski ini memang sangat aneh buatku, kurasa tak ada gunanya juga dipikirkan. paling paling ini cuma kebetulan, tapi kali ini guru ngajiku yang berambut panjang.

Namanya Bu Nur, umurnya 39 Tahun, Bu Nur adalah sosok yang sangat dihormati oleh para muridnya, penampilannya tetap anggun dan berwibawa. Rambut panjangnya yang mencapai paha selalu digelung rapi dan tertutup hijab saat mengajar di madrasah. Aku, merasa ada ketertarikan tersendiri terhadap rambut panjang Bu Nur.

Sebagai anak pertama dengan tiga adik, dua laki-laki dan satu perempuan, aku terbiasa melihat rambut panjang di rumah. Adik perempuanku, Hasna, memiliki rambut tebal yang sering kugerai dan kupotong sedikit diam diam saat dia sedang tidur, atau Bu Cucu yang sukarela saat kumainkan dan kurawat rambutnya, dan di sekolah yaitu Bu Dira, Bu Aisyah, dan putri, Namun, ketertarikanku pada rambut panjang perempuan tidak berhenti di rumah atau sekolah saja. Di masjid tempatku mengaji aku juga sejak dulu memperhatikan Bu Nur yang menurutku punya potensi sama.

"Baik anak anak, kita cukupkan sampai sini dulu ya. ada yang mau bertanya?" kata Bu Nur menutup pengajian di masjid, kerena hening, akhirnya aku yang mewakili mereka "Gak ada bu" jawabku, aku juga ingin segera perpisah dari anak anak kecil yang juga ikut ngaji bersamaku, untungnya aku bisa bertahan karena ada yang sudah sma juga selain aku yang ikut ngaji disini "Yaudah kalau gak ada yang mau nanya, Ibu tutup ya, assalamuaikum" katanya "waalaikumsalam" jawab semuanya serempak, ketika aku menyalami Bu Nur, sebelum aku melepaskan tanganku darinya, Bu Nur menarikku lagi "Andi, nanti Ibu mau ngomong habis shalat isya boleh?" tanyanya "Ah,.. boleh bu" jawabku, ada apa nih? tanyaku dalam hati.

Selesai shalat, aku kemudian ke teras masjid, disana sudah ada Bu Nur menungguku "mau ngomong apa Bu?" tanyaku, Bu Nur melirik ke kanan kiri untuk memastikan tinggal kami berdua saja yang ada dimasjid "kita ngomongnya di kos ibu saja ya? disini banyak orang" katanya "Eh? apa penting banget bu?" tanyaku "Penting dan privasi banget, tolong ya? Ibu janji gak akan lama, paling cuma sejam, oke?" katanya "oke deh Bu" jawabku.

proses memotong rambutnya

Selama perjalanan dengan motor Bu Nur, aku bertanya ada apa? tapi Bu Nur tidak mau menjawabnya, katanya aku akan tahu begitu sampai sana, meski begitu aku masih terheran heran saja, hingga lima menit kemudian, kami sampai di kosnya "Ibu ngekost disini?" tanyaku, kukira Bu Nur punya rumah sendiri "Iya, Ibu tinggal di Kost karena gak punya rumah" katanya "yuk masuk" katanya mengajakku, aku mengangguk dan mengikutinya, kemudian Bu Nur membuka kunci kamar dan masuk diikuti olehku "Nah, duduk dulu sini Andi" katanya lembut, kemudian aku duduk didepan Bu NurAku duduk dengan perasaan campur aduk. Rasa penasaran dan sedikit cemas bergelayut di pikiranku. Bu Nur terlihat sedikit gugup, namun ia berusaha tetap tenang.

"Andi, Ibu ingin bicara sama kamu" kata Bu Nur membuka percakapan, aku hanya mengangguk, menunggu penjelasan lebih lanjut. "Ibu tahu, mungkin ini agak aneh. Tapi Ibu memerhatiin kalau kamu punya ketertarikan khusus sama rambut panjang perempuan, bener ya?" katanya dengan suara lembut tapi tegas, Aku kaget sekali. Bagaimana Bu Nur bisa tahu hal itu? Apa aku terlalu jelas memperlihatkannya? "Ibu bisa lihat dari cara kamu memandang dan merespons. Ibu juga pernah melihat kamu sering memperhatikan rambut teman-teman perempuanmu yang ngaji bareng yang masih SD, kadang-kadang liatin hijab dengan pandangan kagum sama hijab Ibu," lanjutnya.

Yah, aku tak bisa menolak lagi, setelah Bu Eti berhasil mengetahuinya, sekarang Bu Nur yang mengetahuinya "Maaf, Bu. aku gak bermaksud gak sopan," kataku. "Memang bener begitu, tapi aku cuma... merasa tertarik pada rambut panjang. Entah kenapa, aku merasa tenang dan bahagia liat dan nyentuh rambut panjang."

Bu Nur tersenyum pengertian. "Gak apa-apa, Andi. Ibu gak marah kok. Ibu cuma nanya soal itu sama kamu, jadi itu semua bener?" tanyanya memastikan lagi

Aku mengangguk "iya bu" kataku

"Karena itu, Ibu bawa kamu kesini buat nawarin sesuatu," lanjut Bu Nur. "kamu mau gak, ngeliat dan mungkin ngerawat rambut Ibu? soalnya Ibu kasian kamu gak bisa megang rambut perempuan kerena bakal gak sopan" katanya sambil tersenyum

Aku terkejut, dan berpikir  sejenak, merasa tak percaya dengan apa yang kudengar. Bu Nur menawarkan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang sangat kuinginkan, hairplay! "Aku mau, Bu. makasih banget" kataku terseyum

Bu Nur mengangguk sambil tersenyum. "Oke. mau mulai sekarang? Ibu bakal buka hijab dan gelungan rambut Ibu. Kamu boleh menyentuhnya."

Kemudian Bu Nur berdiri dan dengan hati-hati, Bu Nur mulai membuka hijabnya dan membuka cepolan rambutnya yang besar. Perlahan-lahan, rambutnya yang panjang bergelombang dan hitam terurai dengan indah hingga mencapai pahanya. Aku terpesona melihat rambutnya yang begitu indah dan terawat.

"Silakan, Andi," kata Bu Nur lembut.

Aku mendekat dan mulai menyentuh rambut Bu Nur. Rasanya lembut dan halus di tanganku. Aku merasakan setiap helai yang mengalir di antara jari-jari "Aku gak tau kalau Ibu suka Ngerawat rambut Ibu sampai Indah banget" kataku "Iya, sejak Ibu kecil Ibu udah merhatiin kesehatan rambut Ibu" katanya lembut "terakhir Ibu potong rambut kapan?" tanyaku sambil menyisir rambutnya dengan jari jariku "Mmm... kalau gak salah terakhir potong rambut pas umur Ibu 33 tahun" katanya "Oh, jadi Ibu manjangin rambut Ibu selama 6 tahun? lama banget" kataku, Bu Nur mengangguk.

"Ibu, boleh aku sisir rambutnya?" kataku meminta izin "Boleh, ambil aja, ada dikasur Ibu" katanya sambil menunjuk kasurnya lang agak lapuk di samping kanan, aku berdiri dan naik ke kasuk untuk mencarinya, namun ketika aku menemukan sisirnya, disamping sisir itu ada banyak gumpalan rambut yang berserakan, dan aku menyadari, bahwa kasur ini banyak rambut rontok "Ibu, rambut Ibu rontok?" tanyaku sambil melihat kebelakang "Iya, belakangan ini, rambut Ibu banyak yang rontok, karena susah banget rawatnya" katanya, aku kemudian turun dari kasur dan menyisir rambutnya lagi, rambutnya memang terlihat terawat, namun ketika disisir rambutnya banyak yang rontok, kadang sering tersangkut.

"Bu, rambut Ibu udah rusak kalau udah kayak gini" kataku "mending Ibu potong aja" lanjutku, Bu Nur langsung memegang rambutnya "Aduh, jangan dong Andi" katanya dengan raut wajah sedih "kenapa memangnya bu? kalau gitu terus nanti botak dong?" kataku "masalahnya, Ibu gak mau Rambut Ibu yag ibu rawat lama kebuang sia sia, Ibu juga gak bisa nyimpennya karena gak ada tempat dan takut sedih kerena rambut panjang ibu jadi potongan" jawabnya.

aku melihat satu sisi keberuntungan buatku, aku menjawabnya langsung "kalau gitu, gimana kalau aku yang simpen rambut ibu?" kataku, Ibu Nur terlihat berpikir sejenak kemudian menjawab "boleh, tapi, Ibu gak punya uang buat kesalon" katanya "kalau Ibu mau aku bisa potongin rambut ibu kok" jawabku "eh, tapi kalau berantakan gimana?" jawabnya "Gak apa apa, kan potongannya juga buat aku" jawabku

"yaudah deh, boleh" jawabnya sambil menggeraikan rambutnya kembali, kemudian tangannya meraih tas dan mengeluarkan gunting kemudian menyerahkannya padaku "mau dipotong segimana Bu?" tanyaku "sebahu aja deh" katanya dengan nada pasrah "Ibu percaya aja sama kamu" katanya "oke Bu, maaf ya" jawabku, kemudian aku menyisirnya dan mengukur ukur panjangnya agar sebahu, kemudian aku mengambil karet gelang bekas nasi goreng yang ada di sakuku dan mengikatnya "udah siap bu?" tanyaku, tapi Bu Nur malah terisak isak dan menangis, kemudian aku mengusap usap bahunya "Kalau Ibu belum siap, kita bisa lanjut lain kali kok" kataku sambil menghiburnya "gak apa apa, sok aja, kalau ditunda Ibu gak akan mau lagi" katanya sambil terisak isak, kemudian aku mensejajari gunting diatas ikatannya.

'Krees, Krees, Krees' terdengar renyah sekali suaranya saat rambutnya kupotong, Bu Nur langgsung menangis lebih keras saat tahu rambutnya telah mulai dipotong sambil terus menyuruhku terus memotongnya 'Krees, Krees, Krees' susah sekali memotongnya, hingga akhirnya 'Krees, kreees, Craak' terpotong sudah rambutnya  yang panjang dan indah itu, Bu Nur menengok kebelakang dan melihat potongan rambutnya yang kupegang "nah, gimana bu?" tanyaku

Bu Nur dengan mata sembab melihat rambutnya yang telah terpotong "nah, itu silahkan kamu ambil Andi" katanya "makasih banget Bu, tapi sebelum itu aku Pengen rapihin rambut ibu dulu ya" kataku, kemudian Bu Nur membalikan badan lagi kebelakang dan aku merapihkan rambutnya.

"Makasih ya Andi, udah motongin rambut Ibu, sekarang kepala ibu jadi lebih ringan" katanya ketika sampai di depan rumahku "Iya bu, sama sama. maaf udah maksa buat potong rambut ibu" katanya "gak apa apa kok, ibu gak ngerasa kepaksa, Ibu tau kamu nyaranin demi kebaikan Ibu juga" katanya sambil tersenyum "Udah ya, Ibu mau pulang, mau mandi dulu" lanjutnya, aku mengangguk.

Setelah Ibu Nur pulang, aku merasa bahwa ini hanyalah mimpi, Tapi melihat Rambut panjang bergelombang milik Bu Nur ada ditanganku, barulah aku menyadari bahwa ini kenyataan. kemudian aku masuk kamar dan mencium rambutnya terus menerus dengan bangga kemudian ketiduran setelah menyimpan rambutnya di dalam lemariku





Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

(Part1) RAMBUT PANJANG BUNDA: PEMICU HAIRFETISH DALAM DIRIKU

(Part 3) Pengalaman Hairplay dan memotong Rambut panjang guru Bahasa indonesia

(Part 10) Santriwati Pondok AZ-ZAHRA